1. Perencanaan yang keliru
Walaupun konsultan perencana sudah merencanakan bangunan dengan tepat, tetapi pasti ada kesalahan seperti salah ambil data, salah rumus, salah hitung, dsb. Sehingga hasil yang terjadi adalah ketidaktepatan dalam pemilihan ukuran struktur beton, jumlah dan ukuran besi yang digunakan, serta kualitas beton yang akan dipakai.
2. Pembongkaran bekisting yang terlalu cepat
Beton tanpa campuran khusus akan mencapai puncak kekuatan pada umur +/- 28 hari, hal itu berarti sebelum umur tersebut beton belum bisa menerima beban maksimal, dalam artian terlalu cepat membongkar cetakan beton sehingga akan terjadi pembebanan diluar kapasitas beton atau terjadi keretakan dan patah pada beton.
3. Bekisting yang tidak kuat
Bekisting pada balok atau pelat lanyai yang cetakannya tidak kuat akan berpotensi mengalami lendutan, jika lendutan di luar batas maksimal maka beton bisa mengalami retak.
4. Pelaksanaan yang keliru
Di dalam pelaksanaan harus diberikan pengawasan yang ketat dalam melaksanakan pekerjaan beton bertulang, hal ini untuk memastikan bahan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi ukuran dan jumlah dalam perencanaan, misalnya saja dalam pemilihan besi tidak boleh keliru, kualitas beton yang digunakan harua sesuai rencana, dan pengawasan juga dimaksudkan untuk mengecek kualitas bekisting dan perawatan yang benar.
5. Perawatan pasca pengecoran beton yang keliru
Setelah pekerjaan pengecoran perlu dilakukan curing, yaitu upaya untuk memperlambat pengerasan beton agar tidak terlalu cepat sehingga terjadi retak, caranya bisa dilakukan dengan penyiraman, menutup dengan karung basah, atau bisa juga dengan mencampurkan bahan tertentu pada adukan beton.
6. Terjadi bencana di luar batas rencana kekuatan beton bertulang
Misalnya gempa bumi yang dahsyat, boom atau memang sengaja menghancurkan beton.
0 komentar:
Posting Komentar